Bali sebagai pulau tujuan wisata dunia menawarkan ribuan destinasi
wisata yang mampu menarik jutaan wisatawan tiap tahunnya, baik wisatawan
domestik maupun wisatawan luar negeri. Salah satu tempat wisata yang menarik
dikunjungi di bali selain keindahan pantai dan alam pegunungannya yakni tempat
wisata museum.
Pulau yang berjuluk “The Island of Paradise” ini memiliki puluhan museum
yang tersebar hampir di semua kabupaten dan kota yang ada di Bali. Museum Bali
merupakan salah satu museum di Bali yang menjadi incaran para traveler yang
ingin mengenal budaya Bali, karena di museum ini tersimpan berbagai benda etnografi
yang ada hubungannya dengan kebudayaan masyarakat Bali.
Begitu masuk ke mueum yang berlokasi di Jalan Mayor Wisnu Denpasar ini pengunjung
akan melihat sebuah papan informasi yang berisi sejarah dibangunnya museum Bali.
Berikut sekilas sejarah Museum Bali berdasarkan admin dapatkan di papan
informasi tersebut.
Sejarah dibangunnya museum Bali ini berawal dengan jatuhnya kerajaan Klungkung
(kerajaan terakhir yang ditaklukan oleh Belanda di Bali yang dikenal dengan
peristiwa perang puputan klungkung) pada tanggal 28 April 1908 dan menandakan
bahwa bali secara keseluruhan sudah dikuasai oleh pemerintah kolonial belanda.
Keadaan ini tentunya akan mempengaruhi situasi pulau Bali, di mana pada mulanya
agak tertutup dengan bangsa luar semakin terbuka dengan bangsa luar. Bangsa
luar yang menginjakan kakinya di pulau Bali pada saat kembali ke negerinya akan
membawa cindera mata berupa benda-benda budaya.
Kekhawatiran akan berkurangnya bahkan hilangnya benda-benda budaya
membuat para ilmuwan, budayawan, dan seniman belanda mencoba untuk
menyelamatkan sekaligus melestarikan warisan benda-benda budaya masyarakat Bali.
Maka pada tahun 1910, seorang asisten belanda untuk bali selatan yang bernama
W.F.J Kroon setelah mendapatkan ide dari Th.A. Resink untuk membuat sebuah
muesum etnografi yang tujuannya untuk melindungi benda-benda budaya dari
kepunahan sekaligus melestarikan kebudayaan bali.
Ide tersebut mendapat sambutan yang positif dari kalangan ilmuwan,
seniman, budayawan, dan raja-raja seluruh bali. Selanjutnya Kroon memerintahkan
arsitek berkebangsaan jerman yang kebetulan tinggal di bali yang bernama Curt
Grundler bersama arsitek dari bali yang bernama I Gusti Gede Ketut Kandel dan I
Gusti ketut Rai membangun sebuah museum yang berupa arsitekturnya kombinasi
antara pura (tempat sembahyang) dan puri (istana raja).
Berdasarkan denah yang admin lihat yang terdapat di museum bali dapat
dilihat ada empat bangunan utama sebagai tempat menyimpan benda-benda etnografi
tersebut yakni Gedung Timur, Gedung Buleleng, Gedung Karangasem, dan Gedung
Tabanan. Selain Gedung Timur, tiga buah gedung lainnya yang namanya di ambil
dari nama asal raja yang membiayai pembangunan museum tersebut yaitu Gedung
Buleleng, Tabanan dan Karangasem.
Gedung timur terdiri dari dua lantai. Pada lantai pertama memamerkan
koleksi Prasejarah dan Sejarah Bali. Untuk benda-benda koleksi peninggalan
Zaman prasejarah dikelompokkan ke dalam 4 masa yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Sedangkan untuk
koleksi Zaman Sejarah dikelompokkan menjadi tiga periode yaitu zaman Bali Kuno,
zaman Bali Pertengahan, dan zaman Bali Baru. Pada lantai dua, terdapat benda
koleksi yang berkaitan dengan puncak-puncak kebudayaan Bali dalam berbagai
aspek kehidupan.
Gedung ini memamerkan koleksi perkembangan alat tukar sebelum dan
sesudah uang kepeng di Bali, dimana sebelum dikenalnya uang sebagai alat tukar
di Bali menggunakan sistem barter sampai masuknya kebudayaan China dimana uang
kepeng digunakan sebagai alat tukar dan meluas digunakan sebagai alat tukar dan
meluas digunakan sebagai sarana seni, kerajinan dan sarana permainan sampai
produksi kerajinan uang kepeng.
Pada gedung ini dipamerkan mengenai Cili, Cili adalah suatu bentuk
sebagai simbol seorang wanita dengan muka runcing, kepala sedikit melebar dan
kadang-kadang runcing, telinga memakai anting besar (subeng), bentuk pinggang
ramping. Dari pinggang sampai kaki ditutup kain sehingga bentuk kaki tidak
jelas.
Gedung Tabanan yang dari segi sejarahnya digunakan untuk memamerkan
pusaka atau benda-benda yang disakralkan dan dalam pameran ini memamerkan
perkembangan keris sebagai mahakarya nusantara, sejarah, bentuk serta
penggunaanya sehari-hari dalam kehidupan masyarakat Bali, baik dalam upacara
keagamaan maupun sebagai alat perlindungan diri. Tahukah kamu bahwa keris
sekarang sudah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia Non-Bendawi Manusia
sejak tanggal 25 November 2005.
Untuk bisa menikmati keunikan museum ini para pengunjung diharapkan
datang pada hari buka museum, yakni pada hari Minggu hingga hari kamis buka
mulai pukul 08.00 - 15.00 wita dan hari Jumat buka mulai pukul 08.00 - 12.30
wita, sedangkan pada hari Sabtu dan tanggal merah (libur nasional) tutup.
Pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp 10 ribu untuk anak-anak. Sementara
untuk orang dewasa sebesar Rp 25 ribu. Sedangkan untuk wisatawan asing, tiket
yang disediakan senilai Rp 25 ribu untuk anak-anak, dan Rp 50 ribu untuk
dewasa.
Tidak hanya digunakan sebagai wisata edukasi lho, Museum Bali juga digunakan
sebagai lokasi foto prewedding. Terdapat banyak sekali spot untuk berfoto
dengan latar belakang candi kurung dan candi bentar. Bagi yang ingin melakukan
sesi foto preweding dengan latar belakang atau bernuansa khas Bali, admin
merekomendasikan untuk melakukan pemotretan di Museum Bali ini. Jika ingin mengadakan
foto prewding akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 1 juta untuk wisatawan
mancanegara, dan Rp 500 ribu untuk domestik. Tempat ini sering digunakan
sebagai lokasi foto praweding. Waktu admin mengunjungi museum ini terlihat
pasangan yang mengadakan pemotretan prweding di museum negeri ini.
Berkunjung ke Museum Bali serasa berada di dalam istana kerajaan tempo
dulu. Di sini juga terdapat bale bengong yang sangat tinggi sebagai tempat
untuk istirahat. Sekitar kawasan ini terdapat pohon yang menghijau sehingga
kawasan ini benar-benar asri dengan hawa udara yang sejuk walaupun berada di
tengah-tengah kota yang super sibuk.
Tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik lho, museum ini juga banyak
dikunjungi oleh wisatawan luar negeri yang didominasi wisatawan dari
negera-negara Eropa dan Asia. Lokasinya yang sangat strategis tepat berada di tengah-tengah
jantung kota Denpasar membuat museum ini tidak pernah sepi dari kunjungan
wisatawan. Apalagi tepat di depan museum ini terdapat sebuah lapangan rekreasi
keluarga dengan rumput yang hijau dan dikelilingi dengan jogging track yang
bernama Lapangan Puputan Badung. Selain itu, Museum Bali ini juga dekat dengan
objek wisata populer di Bali yang lainnya seperti Museum Bajra Sandhi atau
dikenal juga dengan nama Monumen Bajra Sandhi, Museum Lukisan Sidik Jari, Big
Garden Corner, Pantai Sindu, Pantai Sanur, Pantai Padang Galak, taman Kota
Lumintang, dan Taman Gong Perdamaian.