Untuk mencapai
pura ini banyak sekali jalan alternatif bisa ditempuh yaitu bisa melalui jalur Desa
Telengan, lewat Banjar Ulah Sidemen yang nantinya akan bertemu Pura Gunung Dwangga, lewat jalur Desa Iseh ataupun lewat jalur Desa Padang Tunggal. Jalur
yang sering kami gunakan adalah jalur Banjar Ulah Sidemen (jalur Gunung Dwangga).
Jalur ini merupakan jalur terpanjang karena anda harus mencapai Pura Gunung Dwangga
terlebih dahulu yang letaknya di puncak Gunung Dwangga, kemudian arahkan
perjalanan anda ke arah timur laut melewati jalan setapak. Tetapi di jalur ini
anda bisa sembahyang di Pura Gunung Dwangga terlebih dahulu.
Sepanjang
perjalanan selama mendaki Gunung Dwangga pemandangan alamnya sungguh luar
biasa. Jika Anda arahkan pandangan ke utara Anda akan menyaksikan Gunung Agung yang
menjulang tinggi dan jika anda arahkan pemandangan ke arah tenggara, sungguh
mempesona dengan lautnya yang indah. Dari puncak Gunung Dwangga anda harus
arahkan perjalanan dengan menyusuri jalan setapak ke arah timur laut untuk
mencapai Pura Luhur Pucak Sari, dengan melewati rumah-rumah penduduk dan
tegalan-tegalan penduduk yang ada tanaman salaknya. Jika anda membawa uang,
Anda bisa membeli salak di tegalan penduduk yang tentunya lebih murah karena
langsung diambil dari pohonnya.
Jalur
ini merupakan jalur yang sangat panjang dan berliku-liku. Dari pucak Gunung
Dwangga kira-kira menghabiskan waktu kurang lebih satu jam perjalanan untuk
mencapai Pura Luhur Pucak Sari. Setelah mencapai kawasan Pura Luhur Pucak Sari,
kira 100 meter dari lokasi pura anda akan menyaksikan pemandangan yang luar
biasa, sungguh sangat mengagumkan akan kebesaran Tuhan. Anda tidak akan henti-hentinya
menyaksikan pemandangan di sana.
Jika
anda melakukan persembahyangan ke Pura Luhur Pucak Sari tetapi tidak membawa
air suci (tirta) anda harus menuju Pura Tirta Aji untuk memohon air suci.
Letaknya di selatan Pura Luhur Pucak Sari. Kami tidak ceritakan tentang Pura Tirta
Aji dan akan kami bahas pada postingan berikutnya.
Pura
Luhur Pucak Sari terletak di Bukit Cemeng, Desa Telengan, Kabupaten Karangasem,
yang berlokasi persis di bagian puncak bukit setinggi kurang lebih 1.500 meter
di atas permukaan laut. Konon Pura Luhur Pucak Sari ada hubungannya dengan Pura
Luhur Andakasa. Pura Luhur Pucak Sari merupakan pura sebagai stana dari Dewa
Wisnu.
Hampir
sama seperti pura pada umumnya, Pura Luhur Pucak Sari terdiri dari tiga mandala
(kawasan) yaitu nista mandala, madya mandala dan utama mandala. Pada nista
mandala merupakan jaba sisi, lokasi ini dimanfaatkan oleh penduduk sekitar
untuk berjualan pada saat ada pujawali yang jatuh pada hari Anggara Kasih Wuku
Tambir. Sehingga di jaba sisi terdapat bekas-bekas warung yang belum dibersihkan
oleh pemiliknya. Di madya mandala terdapat tiga bangunan besar, yang digunakan
untuk istirahat oleh pengunjung yang datang ke pura tersebut, sedangkan di
utama mandala yang merupakan tempat sembahyang. Di utama mandala terdapat
banyak pelinggih. Salah satu pelinggih yang paling unik yang kami lihat adalah
ada sebuah pelinggih bebaturan dengan sembilan ruangan. Pada saat kami
sembahyang, pura ini tembok penyengkernya dalam keadaan rusak parah. Di sebelah
timurnya temboknya romboh dan tak terawat.
Selesai
melakukan persembahyangan kami istirahat untuk membuka perbekalan yang kami
bawa dari rumah. Di sebelah timur pura ada tempat yang sangat bagus untuk
menikmati pemandangan sambil membuka perbekalan. Di sini Anda bisa menyaksikan laut
Padang Bai yang indah.
Setelah
selesai mengisi perut kami yang keroncongan, tim melanjutkan perjalanan untuk
pulang. Kami pulang dengan melewati jalan yang sebelumnya kami lewati (kembali
ke puncak Gunung Dwangga). Sebenarnya ada jalan alternatif lain yang lebih
pendek, yaitu lewat Desa Iseh. Tetapi karena kami memarkir sepeda motor di
Banjar Ulah sehingga terpaksa kami kembali ke jalur Gunung Dwangga.
Oke
demikian sekilas perjalanan kami ber-long
trip ke Pura Luhur Pucak Sari.