free counter with statistics Wisata Spiritual ke Pura Peninjoan di Besakih
T4/08/2013

Wisata Spiritual ke Pura Peninjoan di Besakih


Wisata spiritual kali ini merupakan lanjutan dari perjalanan tim Long Trip Mania dari Pura Pengubengan ke Pura Batu Peninjoan di Besakih pada tanggal 28 Maret 2013. Perjalanan kami sungguh menyenangkan karena di sepanjang jalan kami bercanda tawa dengan teman-teman se-tim juga sambil menikmati pemandangan di sekitar yang sungguh indah. Di sisi sepanjang jalan raya ditumbuhi oleh rumput gajah dan pohon cemara menjulang tinggi serta sesekali terdengar suara burung pelatuk, dengan gagahnya mematuk-matuk batang pohon cemara hingga suaranya menggema.

Dari parkiran di Pura Pengubengan tidak henti-hentinya saya menginjak rem sepeda motor, karena jalannya cukup terjal. Jadi yang berniat melakukan wisata spiritual ke Pura Pengubengan maupun ke Pura Batu Peninjoan dengan menggunkan sepeda motor maupun menggunakan mobil, pastikan bahwa rem kendaraan Anda benar-benar berfungsi dengan baik.

Memperlambat laju sepeda motor guna untuk menikmati pemandangan yang luar biasa sungguh sangat mengasikan. Walaupun sepeda motor kami diperlambat, waktu berlalu tidak terasa dan akhirnya tim sampai di parkiran Pura Batu Peninjoan. Kami pun langsung menuju Madya Mandala Pura Batu Peninjoan dan mempersiapkan alat persembahyangan. Hanya saja kami tidak menggunakan dupa karena korek api yang digunakan untuk menyalakan dupa ketinggalan di Pura Tirta Pinggit dan tidak dapat membeli korek api di parkiran Pura Pengubengan walaupun di sana ada orang yang jualan.

Jadi kami putuskan tidak menggunakan dupa, hanya menggunkan canang sari saja. Seperti biasanya, setelah persiapan canang sari sudah siap, kami pun menuju utama mandala dan mencari tempat duduk. Setelah salah satu tim ngunggahang canang sari di salah satu pelinggih, kami pun melakukan meditasi untuk mengheningkan pikiran dan mengucapkan puji syukur karena sudah selamat sampai ke tempat tujuan, yaitu Pura Batu Peninjoan. Kami melakukan persembahyangan secara individual, karena tidak ada penuntun (pemangku) yang mengarahkan persembahyangan kami. Dari Pura Tirta Pingit, Pura Pengubengan sampai Pura Batu Peninjoan persembahnyang kami lakukan secara individual (tidak ada pemangku yang menuntun). Suasana terasa hening sekali karena tidak ada pemedek yang tanggkil ke Pura Batu Peninjoan. Panca Sembah merupakan langkah berikutnya dalam persembahyangan kami setelah mediatasi selesai dilakukan.


Dari kawasan pura pemandangan sungguh luar biasa, Anda akan melihat pemandangan alam yang asri. Dari sini Anda akan bisa melihat Pura Penataran Agung Besakih. Pura ini terletak di atas sebuah bukit yang amat strategis untuk memandang wilayah Bali dengan indahnya. Sebagian besar wilayah Bali secara umum dapat dilihat dari Pura Peninjoan ini, apalagi keadaan cuaca dalam keadaan terang benderang.

Konon dari tempat inilah Mpu Kuturan pada awal abad ke-11 M meninjau keadaan komples Pura Besakih. Peninjauan Mpu Kuturan tersebut untuk mendapatkan inspirasi dan data dalam rangka merencanakan penyempurnaan dan perluasan kompleks Pura Besakih. Saat itulah Mpu Kuturan menyatakan bahwa Pura Besakih adalah sebagai ''hulunya Pulau Bali''.

Di Pura Batu Peninjoan terdapat sebuah Meru tumpang sembilan. Dari tempat inilah konon Empu Kuturan meninjau wilayah Desa Besakih yang sekarang menjadi tempat pelinggih-pelinggih di Pura Penataran Agung dan sekitarnya, sewaktu beliau merencanakan pembanguan dan memperluas Pura Besakih ini yang di masa yang lalu tidak sebanyak yang kita saksikan sekarang. Di tempat inilah Empu Kuturan menjalankan tapa yoga samadhi bila beliau ke Besakih. Ajaran-ajarannya tentang tata cara membangun pura, membuat pelinggih meru, kahyangan tiga, Asta Kosala Kosali dan lain-lainnya sampai sekarang masih dipraktekkan oleh segenap lapisan masyarakat Hindu. Dari Pura Peninjoan, semua pelinggih di Pura Penataran Agung dapat dilihat dengan jelas, demikian pula pantai dan daratan pulau Bali di sebelah selatan kelihatan indah sekali. Selain dari meru tumpang sembilan, pura ini juga dilengkapi dengan dua buah Bale Pelik dan Piyasan. Piodalan di Pura Batu Peninjoan pada hari Wraspati Wage Tolu.

Di sekitar pura ada pohon cemara yang menjulang tinggi. Dari pohon cemara itu, ada hal yang unik yang petama kali kami lihat. Di batang pohon cemara tersebut ada sebuah batok kelapa yang digunakan  untuk mengambil getah pohon cemara. Pohon cemara dilubangi lalu dimasuki selang atau pipa dan di isi batok kelapa untuk menampung getah yang mengalir lewat pipa tersebut. Ini merupakan pengalaman kali pertama melihat hal seperti itu. Apakah yang dicari? Apakah getah pohon cemara atau yang lain? Setelah kami tinjau lebih dekat, ternyata di dalam batok kelapa tersebut tidak ada getah, walaupun ada getahnya itupun sangat sedikit sekali dan sudah kering. Maunya kami ingin mengetahui lebih jauh apa tujuannya hal tersebut dilakukan. Hanya saja kami tidak melihat satupun penduduk di sekitar daerah tersebut. Jadi kami tidak bisa bertanya kepada penduduk setempat.

Akhir dari wisata spiritual kami di Pura Batu Peninjoan dengan melakukan sesion pemotretan untuk mengabadikan momen tersebut. Demikianlah perjalanan kami di Pura Batu Peninjoan. Tirta Yatra kami berikutnya menuju Pura Batu Madeg.