free counter with statistics Pura Batu Madeg di Besakih
T4/08/2013

Pura Batu Madeg di Besakih


Lokasinya tidak begitu jauh dari Pura Batu Peninjoan, kira-kira menghabiskan waktu 10 menit untuk sampai ke Pura Batu Madeg, hanya saja jalannya agak terjal untuk menuju Pura Batu Madeg. Sama seperti pura yang lain yang kami datangi di besakih, Pura Batu Madeg juga memiliki areal parkir yang cukup luas. Kecuali Pura Tirta Pingit saja yang tidak memiliki areal parkir.

Sesampai di areal parkir Pura Batu Madeg, bukannya kami langsung masuk ke areal pura, malah menuju warung. Aneh bukan. Ternyata semua anggota tim perutnya keroncongan, walaupun sudah makan di rumah masing-masing tetap juga akhirnya kelaparan di Besakih. Waktu itu menunjukan pukul 15.30 wita. Jadi kami sudah menghabiskan waktu kurang lebih 4½  jam mulai dari berangkat hingga sampai di areal parkiran Pura Batu Madeg. Dalam waktu sebegitu lama wajarlah perut menjadi keroncongan apalagi hawa di Besakih yang dingin.

Proses “penyerbuan” warung selesai dilakukan tim langsung menuju madya mandala Pura Batu Madeg. Dari kawasan ini anda akan dihadapkan anak tangga yang jumlahnya puluhan anak tangga. Pura ini benar-benar megah dan tak henti-hentinya kami mengaguminya. Dari ujung atas anak tangga anda akan menyaksikan pemandangan yang tidak kalah menakjubkan. Kami pun menikmati pemandangan yang ada di sekitar sambil mempersiapkan alat persembahyangan. Sekarang tim tidak kebingungan lagi untuk menyalakan dupa karena sudah membeli korek api pada saat “menyerbu” warung.

Persiapan  alat persembahyangan sudah beres, tim menuju kawasan utama mandala. Yang paling unik di pura batu madeg adalah semua wastra di pura ini warnanya hitam. Pura ini merupakan stana untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa yang bergelar Dewa Wisnu, yaitu Tuhan yang menguasai arah utara.

Pura ini cukup luas di mana di dalamnya banyak terdapat palinggih-palinggih dan meru. Palinggih pokok adalah stana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Wisnu berupa meru tumpang sebelas. Upakara Yadnya atau Pangaci di pura Batu Madeg terdiri dari piodalan pada hari Soma Umanis Tolu, Ngusabha Warigadian pada hari penanggal 5 Sasih Kelima dan Benaung Bayu pada hari Tilem Sasih Kelima.

Persembahyangan di pura ini dituntun oleh pemangku, jadi kami terlebih dahulu harus menunggu agar yang lebih dahulu datang selesai melakukan persembahyangan. Di kawasan Pura Batu Madeg terlihat juga beberapa wisatawan mancanegara yang lalu lalang untuk memotret pemandangan di sekitar pura. Akan tetapi wisatawan asing tersebut tidak diizinkan masuk ke utama mandala dan hanya diperbolehkan masuk ke kawasan madya mandala saja.

Waktu yang ditunggu pun akhirnya tiba, kami pun masuk ke utama mandala dan mengambil tempat duduk. Sedangkan salah satu tim meletakan canang sari pada tempat yang sudah disediakan. Pemangku melantunkan mantram-matram weda untuk memulai proses persembahyangan. Selama pemangku melakukan tugasnya kami pun melakukan meditasi untuk mengheningkan pikiran dan mengucapkan puji syukur kehadapan Hyang Widhi.

Selama kurang lebih 20 menit tugas pemangku pun sudah selesai, maka kami pun diperintahkan untuk melakukan panca sembah yang diiringi alunan suara genta yang indah. Proses persembahyangan kami akhiri dengan nunas bija yang dibagikan oleh pemangku dan persembahyangan kami tutup dengan paramashanti.

Demikian perjalanan kami dalam berwisata spiritual ke Pura Batu Madeg. Wisata kami selanjutnya menuju Pura Gelap. Apa yang unik di pura gelap? Kenapa bernama Pura Gelap? Silahkan baca ya postingan tentang wisata spiritual tim long trip mania ke Pura Gelap.