Lho, kenapa namanya Pura Gelap? Apakah pura ini
berada di dalam gua? Apakah pura ini memang gelap? Ya itulah pertanyaan yang
pertama kali muncul dipikiran kami sebelum mengunjungi pura ini. Oke, sebelum
menjawab pertanyaan tersebut alangkah baiknya kami ceritakan perjalanan kami
hingga sampai ke Pura Gelap.
Pura Gelap lokasinya tidak jauh dengan Pura Batu
Madeg, hanya memerlukan waktu 5 menit jika menggunkan sepeda motor dari
parkiran Pura Batu Madeg untuk sampai ke Pura Gelap. Di Pura Gelap juga disediakan
areal parkir, tetapi khusus untuk sepeda motor saja. Walaupun disediakan tempat
parkir bagi pengguna sepeda motor kami putuskan tidak parkir di areal Pura
Gelap, melainkan parkir di dekat warung, kira-kira 100 m dari Pura Gelap.
Alasan kami tidak parkir di areal Pura Gelap agar tidak mengganggu pejalan kaki
yang menuju ke kawasan Pura Gelap. Hampir semua pengunjung yang sembahyang ke Pura
Gelap tidak memarkir kendarannya di areal parkir di Pura Gelap.
Setelah memarkir kendaraan kami dengan rapi, kami
pun menuju Pura Gelap dengan jalan kaki. Sesampai di kawasan Pura Gelap, Anda tidak
akan menjumpai gua atau apapun yang menyebabkan pura tersebut menjadi gelap.
Yang kami lihat hanya seperti pura pada umumnya. Yang unik di pura ini adalah
gerbang atau candi bentar menuju Madya Mandala Pura Gelap berbentuk seperti sayap
burung garuda.
Memasuki kawasan utama mandala ada hal unik lain
yang kami temui, yaitu semua pengangge-pengangge di Pura ini berwama serba
putih dan tentunya tidak sesuai dengan namanya. Di Pura Gelap ada pelinggih
pokok berupa Meru tumpang 3, di sana distanakan Hyang Iswara, di samping sebuah
Padma, Palinggih Ciwa Lingga, Bebaturan Sapta Petala, Bale Pewedaan dan Bale
Gong. Piodalan di Pura Gelap jatuh pada hari Soma Keliwon Wariga dan Aci
Pengenteg Jagat pada setiap hari Purnama sasih Karo.
Sama seperti di Pura Batu Madeg, di pura gelap
dalam melakukan persembahyangan umatnya dituntun oleh pemangku. Jadi kami menunggu sebentar agar umat yang lain yang
datang lebih awal selesai melakukan pesembahyangan. Sambil menunggu kami pun
mempersiapkan alat persembahyangan dan bertanya-tanya tentang Pura Gelap kepada
salah satu pemangku yang ada di Pura Gelap. Beliau mengatakan bahwa nama Pura
Gelap berasal dari kata “klap”, yang artinya cahaya. Konon katanya sebelum pura
ini berdiri, ada seberkas cahaya atau klap yang jatuh dari langit ke kawasan
ini, maka dibangunlah pura yang pada awalnya bernama Pura Klap. Lama-kelamaan
namanya menjadi Pura Gelap.
Pura Gelap merupakan tempat memuja Tuhan Yang
Maha Esa yang bergelar Dewa Iswara, yaitu Tuhan yang menguasai arah timur. Oleh
karena itu semua wastra pelinggih
yang ada di Pura Gelap berwarna serba putih.