Ogoh-ogoh merupakan patung yang terbuat dari
bambu dan kertas yang berbentuk raksasa yang kemudian di arak-arak keliling
desa pada saat menjelang perayaan Nyepi dan akhirnya di bakar. Perayaan Nyepi
dirayakan sekitar bulan Maret tiap tahunnya. Banyak wisatawan yang mengabadikan foto ogoh-ogoh yang mereka temui di jalanan sebelum ogoh-ogoh tersebut dibakar.
Tradisi mengarak ogoh-ogoh pada saat menjelang
hari raya Nyepi (pengrupukan) merupakan tradisi yang dianggap baru oleh
masyarakat Bali, akan tetapi sesungguhnya tadisi mengarak ogoh-ogoh di Bali sudah ada
sejak zaman dahulu. Menurut beberapa sumber cikal bakal adanya ogoh-ogoh adalah
Barong Landung dan lelakut yang di sawah untuk mengusir burung pemakan padi.
Barong Landung sebagai cikal bakal tradisi Ogoh-Ogoh di Bali Sumber: |
Lelakut untuk mengusir burung pemakan padi Sumber gambar: |
Ogoh-ogoh merupakan sebagai pelengkap upacara
agama Hindu yakni pada upacara tawur agung kesanga (sehari sebelum perayaan
Nyepi). Jadi ogoh-ogoh tidak harus ada dalam setiap pelaksanaan Nyepi karena
sifatnya sebagai pelengkap upacara saja.
Menurut Widnyani (2012), kalau dilihat dari
jenis ogoh-ogoh yang berkembang dari awal adanya tradisi mengarak ogoh-ogoh
sampai sekarang, maka ogoh-ogoh dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni ogoh-ogoh
buta kala, ogoh-ogoh itihasa, dan ogoh-ogoh kotemporer.
Ogoh-Ogoh Bhuta Kala
Ogoh-ogoh bhuta
kala merupakan jenis ogoh-ogoh yang memiliki ciri-ciri: ukuran tubuh besar
dan tinggi, matanya besar mendelik (melotot), mukanya tampak garang, mulut dan
hidungnya besar dengan gigi besar mengkilap dan taringnya runcing, perutnya
buncit, kuku panjang dan runcing, dan memiliki rambut yang gimbal dan
berantakan. Ogoh-ogoh jenis ini setelah diarak keliling desa adat maka
ogoh-ogoh ini dibakar. Berikut gambar ogoh-ogoh jenis bhuta kala.
Gambar ogoh-ogoh jenis bhuta kala Sumber gambar: |
|
Ogoh-Ogoh Ithiasa
Ogoh-ogoh itihasa merupakan jenis ogoh-ogoh yang
dibuat berdasarkan cerita pewayangan Mahabarata dan Ramayana. Dari
cerita-cerita tersebut anak muda mengekspreikan imajinasinya ke dalam bentuk
ogoh-ogoh. Kisah yang sering diambil oleh anak-anak muda dalam mengekspresikan
seninya adalah kisah penculikan Dewi Sita oleh Raksasa Rahwana dalam kisah
Ramayana. Ogoh-ogoh jenis ini sering dipajang dipingir jalan setelah
diarak-arak keliling desa dan dapat dijadikan sebagai ajang foto-foto bagi
wisatawan yang kebetulan lewat dan melihat ogoh-ogoh tersebut. Berikut gambar
ogoh-ogoh jenis ithiasa.
gambar ogoh-ogoh jenis ithiasa Sumber gambar: |
foto ogoh-ogoh jenis ithiasa Sumber gambar: |
Ogoh-Ogoh Kotemporer
Ogoh-ogoh kotemporer merupakan jenis ogoh-ogoh
yang kisahnya diambil dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan sering
dijadikan kritik sosial. Jadi ogoh-ogoh kotemporer imajinasinya berdasarkan
permasalahan sosial yang sering terjadi dan sifatnya sebagai pembawa pesan
kepada masyarakat. Umumnya ogoh-ogoh seperti ini memiliki gaya yang unik dari
ogoh-ogoh jenis lainnya. Berikut gambar ogoh-ogoh jenis kotemporer.
Gambar ogoh-ogoh kotemporer Sumber gambar: |
Foto ogoh-ogoh kotemporer Sumber gambar: |
Jadi selain sebagai pelengkap upacara
penyambutan Nyepi, ogoh-ogoh juga berfungsi sebagai infotaiment atau hiburan
yang menarik bagi masyarakat dan wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Ini dapat
kita lihat setiap ada acara pengrupukan maka masayarakat akan menyambut dan
menonoton dengan antusias di pingir jalan yang dilalui oleh ogoh-ogoh. Dengan
adanya atraksi ogoh-ogoh maka jumlah kunjungan wisatawan asing ke Bali
meningkat menjelang perayaan Nyepi karena ingin merasakan suasana bali pada
saat hari raya Nyepi dan sebelum Nyepi (melihat atraksi ogoh-ogoh). Bagaimana?
Anda tertarik melihat atraksi ogoh-ogoh? Datanglah ke Bali pada tanggal 20
Maret 2015.