Siapa yang tidak kenal dengan pantai Sanur.
Pantai yang memiliki pasir putih ini menjadi incaran para traveler, baik
wisatawan domestik maupun mancanegara. Tidak hanya menawarkan keelokan pasir putihnya,
tempat wisata terkenal di Bali ini juga menyuguhkan panorama matahari
terbitnya. Bahkan salah satu titik pantai di kawasan Sanur diberi nama Pantai
Matahari Terbit karena pesona sunrise yang spektakuler.
Keindahan pantai sanur sudah terkenal hingga
keluar negeri. Salah satu seniman yang memperkenalkan keindahan Sanur hingga ke
mancanegara adalah seorang seniman lukis dari Belgia yang bernama Adrien-Jean
Le Mayeur de Merpres atau dikenal dengan nama Le Mayeur. Beliau memamerkan
hasil karya lukisnya dengan tema gadis Bali dan alam Sanur di Singapura pada
tahun 1933.
Kembali dari Singapore, Le Mayeur membeli
sepetak tanah di Pantai Sanur dan membangun rumah. Kecantikan dan kepribadian
Ni Pollok yang menjadi model dalam seni lukisnya membuat Le Mayeur menikmati
rumah barunya di Bali. Setelah 3 tahun bekerja bersama, pada tahun 1935, Le
Mayeur dan Ni Pollok menikah. Sepanjang kehidupan pernikahannya, Le Mayeur
tetap melukis dengan menggunakan istrinya sebagai model.
Pada tahun 1956, Bahder Djohan, Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia saat itu mengunjungi Le Mayeur dan Ni
Pollok di rumahnya. Bahder begitu terpesona dengan karya pelukis itu dan
kemudian mengusulkan kepada pasangan itu untuk melestarikan rumah mereka dan
seisinya sebagai museum. Le Mayeur menyetujui gagasan itu dan sejak itu ia
bekerja lebih keras untuk menambah banyak koleksi rumah itu dan menambah
kualitas karyanya juga.
Kemudian pada tanggal
28 Agustus 1957 Le Mayeur menandatangani testamen yang isinya adalah bahwa Le
Mayeur mewariskan semua miliknya termasuk tanah, rumah, dan seisinya kepada Ni
Pollok sebagai hadiah. Di saat yang sama, Ni Pollok kemudian memindahkan semua
yang diwarisi dari suaminya kepada Pemerintah Indonesia untuk digunakan sebagai
museum yang bernama Museum Le Mayeur.
Mengunjungi Museum Le Mayeur kita bisa melihat
keindahan alam sanur tempo dulu. Pengunjung bisa merasakan indahnya seni lukis
peninggalan Le Mayeur, mulai dari kehidupan sang istri Ni Pollok hingga
keindahan alam Sanur. Tak hanya itu, artefak-artefak bukti kecintaan Le Mayeur
terhadap istrinya bisa ditemukan di berbagai sudut museum. Misalnya, lukisannya
berjudul Pollok, dilukis di atas kanvas berukuran 75 kali 90 centimeter. Ada
lagi yang berjudul Di Sekitar Rumah Pollok (1957), juga lukisan kanvas
berukuran sama. Lukisan tertua di Museum Le Mayeur tercatat pada tahun 1921 dan
termuda adalah satu tahun sebelum Le Mayeur meninggal yakni 1957. Jumlah
lukisannya semasa hidup tercatat sebanyak 88 buah.
Lukisan Le Mayeur dibagi menjadi lima jenis
koleksi berdasarkan media yang dipakai, yaitu bagor, hard boeard, triplek,
kertas, dan kanvas. Sebagian besar tema lukisannya adalah perempuan Bali dengan
bertelanjang dada. Di Museum Le Mayeur sendiri memiliki empat ruang yang dibagi
fungsi yang berbeda. Misalnya, ruang pertama yang merupakan bekas ruang tamu
untuk menerima sahabat kenalan, pengunjung maupun pejabat pemerintahan yang
datang menikmati lukisan. Presiden Soekarno pun pernah singgah di ruangan ini
pasca menjadi museum.
Ruangan kedua adalah tempat buku-buku bacaan
pribadi. Selain itu, juga berguna sebagai tempat menerima keluarga atau teman
dekat yang datang dari jauh dan menginap untuk sementara waktu. Di ruang
ketiga, lebih luas dibanding ruangan lain adalah bekas studio tempat Le Mayeur melukis
Ni Pollok sebagai model lukisannya. Ruangan ini sering digunakan terutama
menjelang penyerahan untuk melengkapi koleksi lukisan yang dianggap kurang
untuk dijadikan museum.
Sementara, di ruang keempat yang cenderung
kecil adalah tempat tidur Ni Pollok dan Le Mayeur. Mereka sangat senang tidur
di sini dan tak pernah pindah hingga Le Mayeur berbaring menunggu hari
keberangkatannya ke Belgia untuk berobat. Selepas Le Mayeur wafat, Ni Pollok
tetap menempati kamar ini hingga akhir hayatnya.
Di bagian luarnya, bangunan beraksitektur khas
Bali terlihat. Ada sebuah kolam yang diapit bangunan. Di depan pintu masuk,
sebuah pura kecil berdiri. Di pintu masuk museum, patung-patung juga berdiri.
Museum Le Mayeur buka setiap hari pukul 08.00 sampai 15.30 WITA, kecuali Jumat,
pukul 08.30 sampai 12.30 WITA, dan hari libur resmi tutup.
Tiket masuk untuk wisatawan domestik berharga
Rp 5.000 untuk anak-anak, Rp 10.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk mahasiswa, dan
Rp 2.000 untuk pelajar. Museum Le Mayeur terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur
Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Museum Le Mayeur berada di bawah
pengelolaan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Adrien-Jean_Le_Mayeur
https://www.denpasarkota.go.id/datangkunjungi/baca/900